Jumat, 08 Agustus 2008

Masih Ingatkah Kita Pada Mereka??

Beberapa hari yang lalu Fe pergi dan pulang kantor menggunakan jasa angkot. Biasanya Fe selalu bepergian menggunakan motor. Sahabat, betapa selama ini Fe lupa akan keberadaan orang-orang yang jauh dari pandangan keseharian Fe ketika menggunakan motor.

Ini kilas balik keseharian Fe kalau menggunakan motor. Begitu keluar dari lingkungan rumah Fe, Fe melintasi komplek elite. Disana berjajar rumah-rumah besaaar, luaaas, dan indah, dan didalamnya terdapat rentetan mobil-mobil mewah. Begitu melintasi komplek elite Fe menelusuri jalanan yang tertata rapih dan kemudian perkotaan yang menyuguhkan pemandangan mall-mall dengan orang-orang yang berdandan rapi, trendy, dilengkapi asesoris yang up to date. Setiap hari mata Fe disuguhi pemandangan tersebut.

Baru Fe sadari kesalahan Fe ketika Fe berada dalam angkot yang dipenuhi oleh orang-orang yang hendak menuju pasar, dari mulai pedagang sampai pengamen. Ya Allah ternyata selama ini aku disilaukan oleh pemandangan duniawi, setiap hari Engkau suguhkan pemandangan perkotaan dan hampir saja aku lupa dengan saudara-saudaraku yang jauh dari kemewahan. Fe kemudian berfikir seandainya saja hari ini Fe naik motor seperti biasanya, mungkin Fe akan benar-benar lupa akan keberadaan kaum dhuafa.


Sempat terbesit dalam fikiran Fe, bagaimana mata hati mereka orang-orang yang begitu keluar dari rumah mewah, masuk mobil mewah kemudian beraktifitas di tempat mewah??. Apakah mereka mengetahui sesaknya kehidupan orang-orang miskin??. Mungkinkah ketimpangan ekonomi terjadi karena memang tempat dan waktu yang menjadi jarak antara kaum borjuis dan kaum dhuafa??.Mungkinkah karena mereka jarang sekali menyaksikan kesengsaraan kemudian mereka lupa akan kewajibannya untuk berzakat dan berinfak??. Wallahu'alam....


Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Setiap pemilik emas atau perak yang tidak mau memenuhi haknya (tidak mau membayar zakat), pada hari kiamat pasti ia akan diratakan dengan lempengan-lempengan bagaikan api, lalu lempengan-lempengan itu dipanaskan di neraka Jahanam, kemudian lambungnya diseterika dengan lempengan itu, juga dahi dan punggungnya. Setiap kali lempengan itu mendingin, akan dipanaskan kembali. Hal itu terjadi dalam sehari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun. Hal ini berlangung terus sampai selesai keputusan untuk tiap hamba. Lalu ditampakkan jalannya, ke surga atau ke neraka. Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana dengan unta? Rasulullah saw. bersabda: Begitu pula pemilik unta yang tidak mau memenuhi haknya. Di antara haknya adalah (zakat) susunya pada waktu keluar. Pada hari kiamat, pasti unta-unta itu dibiarkan di padang terbuka, sebanyak yang ada, tidak berkurang seekor anak unta pun dari unta-untanya itu. Dengan tapak kakinya, unta-unta itu akan menginjak-injak pemiliknya dan dengan mulutnya, mereka menggigit pemilik itu. Setelah unta yang pertama telah melewatinya, maka unta yang lain kembali kepadanya. Ini terjadi dalam satu hari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun, sampai selesai keputusan untuk tiap hamba, ke surga atau ke neraka. Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana dengan sapi dan kambing? Rasulullah saw. bersabda: Demikian juga pemilik sapi dan kambing yang tidak mau memenuhi hak sapi dan kambing miliknya itu. Pada hari kiamat, tentu sapi dan kambing itu akan dilepas di suatu padang yang rata, tidak kurang seekor pun. Sapi-sapi dan kambing-kambing itu tidak ada yang bengkok, pecah atau hilang tanduknya. Semuanya menanduk orang itu dengan tanduk-tanduknya dan menginjak-injak dengan tapak-kaki tapak-kakinya. Setiap lewat yang pertama, maka kembalilah yang lain. Demikian terus-menerus dalam satu hari yang sama dengan lima puluh ribu tahun, sampai selesai keputusan untuk tiap hamba, ke surga atau ke neraka. Ditanyakan: Wahai Rasulullah, bagaimana dengan kuda? Beliau bersabda: Kuda itu ada tiga macam; menjadi dosa bagi seseorang, menjadi tameng bagi seseorang dan menjadi ganjaran bagi seseorang. Adapun kuda yang menjadi dosa bagi seseorang adalah kuda yang diikat dengan maksud pamer, bermegah-megahan dan memusuhi penduduk Islam, maka kuda itu bagi pemiliknya merupakan dosa. Adapun yang menjadi tameng bagi seseorang adalah kuda yang diikat pemiliknya untuk berjuang di jalan Allah, kemudian pemilik itu tidak melupakan hak Allah yang terdapat pada punggung dan leher kuda, maka kuda itu menjadi tameng bagi pemiliknya (penghalang dari api neraka). Adapun kuda yang menjadi ganjaran bagi pemiliknya adalah kuda yang diikat untuk berjuang di jalan Allah, untuk penduduk Islam pada tanah yang subur dan taman. Maka sesuatu yang dimakan oleh kuda itu pada tanah subur atau taman tersebut, pasti dicatat untuk pemiliknya sebagai kebaikan sejumlah yang telah dimakan oleh kuda dan dicatat pula untuk pemiliknya kebaikan sejumlah kotoran dan air kencingnya. Bila tali pengikat terputus, lalu kuda itu membedal, lari sekali atau dua kali, maka Allah akan mencatat untuk pemiliknya kebaikan sejumlah langkah-langkah dan kotoran-kotorannya. Dan jika pemilik kuda itu melewatkan kudanya pada sungai, kemudian kuda itu minum dari air sungai tersebut, padahal ia tidak hendak memberi minum kudanya itu, maka Allah pasti mencatat untuknya kebaikan sejumlah apa yang telah diminum kudanya. Ditanyakan: Wahai Rasulullah, bagaimana dengan keledai? Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada wahyu yang diturunkan kepadaku tentang keledai kecuali satu ayat yang unik dan menyeluruh ini: Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya ia akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya ia akan melihat balasannya. (Shahih Muslim No.1647)

2 komentar:

iam mengatakan...

siiipp lah..

gitu donk..

Cumie mengatakan...

wuih keren juga pengalaman n pelajaran jadi satu nih. keep share ;)